MenurutForbes ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan perusahaan jika mulai menerapkan Mereka mengatakan bahwa pembuatan sepatu dari bahan limbah plastik tersebut berhasil mencegah 2.810 ton plastik mencapai lautan. Alasan Dell memilih bambu untuk packaging rupanya karena bambu bisa tumbuh dengan cepat, mudah ditemukan, serta Dalamhal ini, limbah padat anorganik contohnya adalah besi, plastik atau gelas. Limbah padat juga dapat diklasifikasikan menurut asalnya: Limbag padat perkotaan: mereka adalah yang biasanya dihasilkan orang dan berakhir di tong sampah. Limbah pertanian: ini termasuk limbah yang menghasilkan aktivitas pertanian, seperti peternakan atau perikanan. Pengusahamemiliki kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh hasil karena dengan kerja keras dan kreativitasnya ia bisa mendatangkan sebanyak mungkin keuntungan. Salah satu bisnis yang sangat berpotensi di masyarakat kita adalah bisnis Limbah Plastik. KomunitasSesama Dan Pemula Usaha Daur Ulang Limbah Plastik. TS Djendral.Bokir. 01-12-2011 20:39. Aktivis Kaskus Posts: 607. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Balikpapan - Institut Teknologi Kalimantan melalui tiga mahasiswi Program Studi Teknik Kimia menyulap limbah botol plastik yang umum nya dianggap sebelah mata dan tidak berguna menjadi elektroda pada penyimpanan energi EDLC. Tiga mahasiswi tersebut lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian, adapun mereka adalah Fhebby Tri Juliantie, Grace Millenia, dan Mei Citra Limbong dibawah arahan serta bimbingan Ibu Memik Dian Pusfitasari, Adapun latar belakang dari karya mereka ialah dikarenakan melihat limbah plastik sudah menjadi permasalahan umum yang saat ini terjadi, tingkat pemakaiannya yang sangat tinggi menghasilkan penumpukan limbah yang tinggi ini disebabkan karena plastik memiliki keunggulan seperti nyaman untuk dipakai, biayanya rendah, kekuatannya tinggi, daya tahan tinggi, ketahanan terhadap korosi, dan ringan. Namun, tingginya intensitas pemakaian plastik ini tidak diimbangi dengan penanganan limbah plastik sehingga menimbulkan permasalahan yang cukup beresiko bagi lingkungan bahkan makhluk hidup seperti hewan. Murat Barsbayc dkk. menyatakan bahwa plastik sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari dan akan terus begitu, maka diperlukan cara yang responsif dan berkelanjutan untuk menangani penumpukan limbah plastik. Salah satu pemanfaatan limbah botol plastik ini ialah menjadi karbon. Material karbon ini selanjutnya dapat dikonversi menjadi activated carbon yang berguna sebagai adsorben ataupun material elektroda. Di sisi lain, penyimpanan energi baru-baru ini juga menjadi salah satu masalah yang paling menarik perhatian ilmiah. Hal ini dilatar belakangi oleh kebutuhan energi itu sendiri dimana beberapa bentuk energi dapat diproduksi tetapi energi tersebut perlu disimpan sehingga dapat digunakan nanti. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan sistem penyimpan energi yang memiliki penyimpanan besar, siklus hidup panjang, high power density. Di antara berbagai sistem penyimpanan energi, superkapasitor, khususnya, kapasitor lapisan ganda elektrokimia EDLC telah mendapat banyak perhatian sebagai kelas energi yang menarik. EDLC merupakan jenis superkapasitor yang memiliki banyak keunggulan dibanding jenis superkapasitor lainnya. Tidak seperti baterai dimana penyimpanan energi dicapai melalui reaksi reduksi dan oksidasi redoks yang menciptakan transfer elektron antara spesies kimia, EDLC didasarkan pada pemisahan muatan yang terjadi pada antarmuka elektroda elektrolit. Dimana bahan elektroda yang disukai yaitu activated carbon karena sifatnya yang ramah lingkungan dan biaya rendah dengan elektrolit yang berpotensi ialah Gel Polymer. Gambar 2. Hasil Elektroda Dokpri Adapun tujuan dan manfaat dari solusi nya adalah menjadi salah satu solusi yang responsif dan berkelanjutan dalam menangani limbah plastik khususnya dalam pemanfaatannya sebagai kapasitor/superkapasitor yang berguna sebagai storage energi yang saat ini sedang banyak dikembangkan. Kebutuhan energi yang semakin meningkat dikarenakan meningkatnya juga populasi yang ada, sehingga alat penyimpanan energi perlu dikembangkan baik dari segi bahan pembuatnya hingga yang didapat selama pengerjaan penelitian ini adalah kami mendapatkan berbagai pengalaman dan pengetahuan baru selama penelitian ini berlangsung, mempelajari hal-hal yang bukan berasal dari disiplin ilmu kami menjadi salah satu tantangan baru bagi kami. Di samping itu juga selama pengerjaan penelitian ini kami mendapatkan sangat banyak bantuan serta dukungan dari dosen pembimbing kami yaitu Ibu Memik Dian Pusfitasari, Beliau sangat membantu kami selama proses penelitian ini, mulai dari tahap mencari ide riset hingga ke tahap akhir pengerjaan luaran berupa laporan akhir. Pesan dan Harapan Diharapkan inovasi ini dapat semakin dikembangkan lagi agar permasalahan limbah plastik dapat berkurang dan justru limbah plastik tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sebuah peluang penyimpanana energi di masa Institut Teknologi Kalimantan Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya Operation Mer Propre Sampah medis banyak ditemukan di laut saat dunia sedang bergulat melawan COVID-19. merupakan bahan baku pembuatan APD alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan hingga hazmat. Ocean Conservacy melaporkan, bahwa setidaknya terdapat 129 miliar masker sekali pakai dan 65 miliar sarung tangan medis yang digunakan seluruh dunia setiap bulannya. Jumlah produksinya kian masif semenjak pagebluk Covid-19 yang bermula di Indoensia pada Maret tahun silam. Akibatnya, plastik medis menambah permasalahan lingkungan sepanjang masa krisis ini, yakni limbah APD yang makin mencemari lingkungan. Di Indonesia, khususnya Teluk Jakarta, para peneliti LIPI mencatat bahwa limbah APD menjadi penyumbang terbesar. Mereka memperkirakan, limbah yang mendominasi itu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem. Limbah APD dinilai menjadi sumber mikroplastik yang beracun. Baca Juga Tak Hanya Sebabkan Krisis Kesehatan dan Ekonomi, Covid-19 Turut Ancam Keberlangsungan Ekosistem Laut "Semenjak masa pandemi, penggunaan masker medis pada masyarakat umum semakin meningkat, sehingga perlu antisipasi terhadap limbah masker medis,” terang Agus Haryono, dari LIPI dalam rilis pers. Untuk mengentaskan masalah lingkungan itu, ilmuwan Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sunit Suhendra, menyebut bahwa metode rekristalisasi dapat diaplikasikan pada semua jenis limbah plastik seperti PE Polyethylene, PP Polupropylene, PVC Polyvinyl Chloride, PS Polystryerene. "Sebenarnya rekristalisasi bukan ilmu yang baru. Metode ini menggunakan salah satu prinsip sifat dari plastik yang jarang diperhatikan," jelas Sunit Hendrana, saat dihubungi National Geographic Indonesia. Salah satu sifat plastik adalah dapat dilarutkan. Sifat itulah yang menjadi prinsip penelitian yang dilakukan Sunit. Ia menilai metode ini memiliki keunggulan karena mudah dilakukan, bahan-bahannya mudah ditemukan, dan lebih sedikit menghasilkan polusi jika dibandingkan dengan pembakaran atau metode pelelehan yang biasanya dilakukan. Menurutnya, metode pegolahan sampah plastik yang biasa digunakan lewat pembakaran daur ulang atau pelelehan kembali itu memiliki banyak kekurangan. "Kalau pakai cara yang biasa dengan membuat granula atau pellet, itu akan kesulitan untuk pengumpulan dan prapemilihannya," paparnya. "Belum lagi ada persyaratan steril yang harus dilakukan sebelumnya." Dalam buku Experimental Organic Chemistry Principles and Practice yang ditulis Laurence M Harwood dan Christopher J. Moody, proses rekristalisasi adalah teknik untuk memurnikan zat kimia. Suhu zat pelarut yang digunakan pada proses ini haruslah sepertiga lebih kecil dari titik lebur logam. Baca Juga Saya Pilih Bumi Laut Bukan Tempat Sampah, Jaga Tetap Lestari Pada praktik penelitian, limbah plastik medis sebagian dipotong jika diperlukan. Kemudian dilarutkan dengan toluena, dan diendapkan dengan antipelarut jenis alkohol. Proses berikutnya, penyaringan yang biasa digunakan untuk menghasilkan serbuk kristal. Serbuk kristal yang dihasilkan pada proses ini dinilai memiliki kerusakan struktur kimia yang minim. Sehingga hasil kristal itu layak untuk kembali dijadikan plastik sebagai bahan baku APD. "Kemudian zat pelarutnya juga dapat dipisahkan dengan destilasi untuk proses [pelarutan] dari awal," jelasnya. Ia menerangkan bahwa penelitian ini sudah terdaftar dalam paten. Namun untuk publikasi laporan masih menunggu proses peninjauan kembali yang diperkirakan membutuhkan waktu hingga enam bulan. Sunit berharap hasil penelitiannya menjadi opsi bagi pemerintah untuk menghadapi pagebluk dengan pengolahan sampah. Ia menambahkan melalui metode yang mudah dan lebih bersahabat ini diharapkan diaplikasikan oleh sejumlah pihak, khususnya yang menangani limbah di tempatnya. "Dengan cara ini kita bisa lakukan di tempatnya masing-masing, baik yang di luar Jakarta juga. Bahan kimianya diproduksi juga kok di Indonesia," katanya. "Prosesnya tidak memakan ruang yang luas dan tentunya tanpa cerobong asap," ia menekankan kembali. PROMOTED CONTENT Video Pilihan - Sejauh ini plastik masih berbahaya bagi lingkungan jika tidak digunakan dengan bijak. Sampah atau limbahnya berbahaya bagi lingkungan lantaran tidak bisa terurai secara alami dan dampaknya beragam. Untuk saat ini, plastik merupakan sampah yang paling sulit dan paling lama terurai. Barang-barang plastik baru bisa terurai di tanah dengan lama waktu ratusan bahkan sampai ribuan tahun. Masalah limbah plastik ini juga yang terus menjadi fokus para ilmuwan. Para peneliti terus mencari cara tentang bagaimana untuk bisa mengurai limbah plastik lebih cepat dan tidak membahayakan lingkungan. Terbaru dan berpotensi menggembirakan untuk mengurangi limbah lingkungan, para peneliti menemukan mikroba dari pegunungan Alpen dan kutub utara yang dapat mengurai plastik tanpa memerlukan suhu tinggi. Meskipun ini hanya temuan awal, penguraian limbah plastik industri yang lebih efisien dan efektif di tempat pembuangan sampah akan memberi para ilmuwan alat baru untuk mencoba mengurangi kerusakan ekologisnya. Para ilmuwan dari Swiss Federal Institute WSL menerbitkan temuan mereka minggu ini di Frontiers in Microbiology, merinci bagaimana bakteri dan jamur yang beradaptasi dingin dari daerah kutub dan Pegunungan Alpen Swiss mencerna sebagian besar plastik yang mereka uji sementara hanya membutuhkan suhu rendah hingga rata-rata. Baca Juga Di Surabaya, Sampah Plastik Berkurang 2 Ton Setiap Hari Bagian terakhir itu sangat penting karena mikroorganisme pemakan plastik cenderung membutuhkan suhu tinggi yang tidak praktis untuk melakukan keajaibannya. “Beberapa mikroorganisme yang dapat melakukan ini telah ditemukan, tetapi ketika enzim mereka yang memungkinkan diterapkan pada skala industri, mereka biasanya hanya bekerja pada suhu di atas 30 derajat Celsius / 86 derajat Fahrenheit,” kata para peneliti menjelaskan. Sayangnya, tidak ada mikroorganisme yang diuji berhasil menghancurkan polietilen PE yang tidak dapat terurai secara hayati, salah satu plastik paling menantang yang biasa ditemukan dalam produk dan kemasan konsumen. Mereka gagal menurunkan PE bahkan setelah 126 hari inkubasi pada bahan tersebut. Tetapi 56 persen dari strain menguji poliester-poliuretan PUR yang terurai secara hayati pada 15 derajat Celcius 59 derajat Fahrenheit. Lainnya, peneliti berhasil melihat mikroba mencerna campuran polibutilena adipat tereftalat PBAT dan asam polilaktat PLA yang dapat terurai secara komersial yang tersedia secara komersial. Dua yang paling sukses adalah jamur dari genera Neodevriesia dan Lachnellula Mereka merusak setiap plastik yang diuji selain PE yang tangguh. Baca Juga Pegadaian Gandeng Plustik Daur Ulang 1 Ton Sampah Plastik Plastik adalah penemuan yang terlalu baru bagi mikroorganisme untuk berevolusi secara khusus untuk menghancurkannya. Tetapi para peneliti menyoroti bagaimana seleksi alam memperlengkapi mereka untuk memecah cutin, lapisan pelindung pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan plastik, berperan. “Mikroba telah terbukti menghasilkan berbagai macam enzim pendegradasi polimer yang terlibat dalam penghancuran dinding sel tumbuhan. Secara khusus, jamur patogen tanaman sering dilaporkan terurai poliester, karena kemampuannya untuk menghasilkan kutinase yang menargetkan polimer plastik karena kemiripannya dengan kutin polimer tanaman,” kata rekan penulis Dr. Beat Frey. KENDAL— Polusi yang diakibatkan limbah plastik merupakan masalah pelik bagi semua negara. Setiap tahun, sekitar 8 hingga 12 juta ton plastik berakhir di lautan. Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, produksi sampah plastik di dalam negeri mencapai juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Untuk menjawab persoalan limbah plastik itu, diperlukan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan dengan menggunakan pendekatan ekonomi sirkuler. Salah satu kolaborasi terbaru untuk menjawab persoalan limbah plastik di Indonesia adalah pembangunan pabrik daur ulang botol PET di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Fasilitas milik PT ALBA Tridi Plastics Recycling Indonesia tersebut akan dibangun di area seluas 2,6 hektare. Pembangunan fasilitas produksi rPET berkualitas tinggi untuk dimanfaatkan kembali sebagai kemasan atau pembungkus makanan itu diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi upaya mewujudkan target Indonesia bebas sampah plastik pada 2040. Upacara peletakan batu pertama pabrik daur ulang tersebut dilakukan Dr Axel Schweitzer, Pemilik dan Ketua ALBA Group Asia pada Selasa 6/6/2023. Dia memimpin acara dengan didampingi oleh Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA dan Pendiri PT Tridi Oasis Group, serta Wakil Presiden ADB untuk Operasi Sektor Swasta dan Kemitraan Publik–Swasta, Ashok Lavasa. Menurut Schweitzer, ALBA Group Asia senantiasa berupaya mewujudkan visi perusahaan tentang 'Dunia Tanpa Limbah'. Karena itu, keputusan untuk melebarkan wilayah operasi ke Indonesia dan mendirikan fasilitas daur ulang diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari krisis sampah laut. “Untuk proyek strategis ini, ALBA sangat bangga menggunakan keahlian dari sister company kami yang berbasis di Jerman, Interzero dan proyek serupa di Asia, untuk mengembangkan konsep, membangun, dan mengoperasikan fasilitas ini,” ujar Axel Schweitzer, Rabu 7/6/2023 dalam keterangannya. Schweitzer menambahkan, kehadiran fasilitas tersebut meningkatkan jumlah pengumpulan sampah di Indonesia melalui penciptaan pasar sampah botol plastik. Dia percaya, proyek ini membawa dampak sosial yang positif melalui jalinan kerjasama dengan para pengumpul sampah lokal serta pembukaan berbagai lowongan kerja di Kendal dan Jawa Tengah. Dia mengatakan, ALBA menyumbangkan pengetahuan teknologi dan keunggulan operasionalnya serta kemampuan penjualan dan pemasaran global untuk hasil berkualitas tinggi. “Fasilitas baru ini akan menampung peralatan canggih yang mampu memproses botol minuman PET dan mengubahnya menjadi serpihan rPET berkualitas tinggi dan pelet rPET yang memenuhi standar kualitas untuk digunakan sebagai kemasan makanan,” lanjutnya. Peralatan dalam pabrik daur ulang yang dimiliki ALBA diproduksi oleh produsen-produsen teknologi terkemuka di Asia dan Eropa. Pabrik daur ulang itu telah dirancang untuk meminimalkan emisi udara dan memiliki proses pengolahan air yang canggih dan terintegrasi untuk memastikan keamanan pembuangan air ke sistem drainase. Peralatan yang dimiliki ALBA dapat menghasilkan sekitar 36 ribu ton PET daur ulang setiap tahunnya, termasuk PET daur ulang berkategori food-grade. Baca juga Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan botol PET baru untuk dikonsumsi kembali, baik di Indonesia maupun untuk tujuan ekspor. Untuk memenuhi kapasitas produksi sebesar 36 ribu ton itu, pabrik membutuhkan sekitar 48 ribu ton limbah botol PET setiap tahunnya. Botol-botol tersebut akan dikumpulkan dari Jawa dan sekitarnya. Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA menyatakan bahwa pihaknya senang dapat bekerja sama dengan ALBA karena perusahaan tersebut dinilai memiliki komitmen yang kuat dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dia mengatakan selain bertujuan untuk memecahkan masalah limbah dan menciptakan nilai ekonomi, investasi ALBA juga dilakukan dengan pendekatan gender. Jal tersebut memberdayakan UKM lokal dan mengingkatkan kemampuan pengusaha wanita. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

limbah plastik memiliki keunggulan karena